PERJALANA MASA KULIAH-KU
Kuliah
adalah salah satu impian terbesar saya ketika saya masih duduk di bangku SMP.
Impian tersebut semakin terbayang-bayang dalam benak saya ketika saya beranjak
SMA. Di masa itu, saya seringkali membayangkan betapa indahnya dunia
perkuliahan, dimana cara berpakaian boleh bebas, tidak ada lagi guru yang
mengatur-atur gaya rambut saya, dan tidak ada lagi saat-saat di mana saya harus
berpacu dengan waktu untuk menghindari pintu gerbang yang akan ditutup. Selain
hal-hal tersebut, saya juga menyangka bahwa dunia perkuliahan itu tidak akan
terlalu memusingkan, sebab apa yang akan saya pelajari kelak adalah ilmu
tertentu yang bersifat spesifik, sehingga pikiran saya akan terfokus pada suatu
bidang ilmu dan tidak bercabang ke mana-mana. Seperti itulah gambaran yang
terbayangkan dalam benak saya mengenai dunia kuliah, betapa menyenangkan.
Waktu terus berlalu, sampai akhirnya
tibalah saya pada suatu masa di mana saya telah dinyatakan lulus SMA serta
harus memilih kampus yang akan menjadi tempat kuliah saya. Pikiran saya telah
terlanjur senang dan bangga, sebab saya telah berhasil melalui masa-masa yang
begitu menantang selama di SMA saya tercinta (SMEA YPK IMANUEL Sorong) dan
sekarang telah tiba saatnya di mana saya akan menggapai salah satu impian saya,
yaitu mengecap nikmatnya bangku perkuliahan. Banyak tawaran yang menggiurkan
dari kampus-kampus yang ada di sekitar saya, baik kampus negeri maupun swasta.
Setelah melalui berbagai pertimbangan dari faktor biaya, jarak, kualitas
kampus, spesifikasi jurusan, dan faktor-faktor lainnya, maka saya dan orang tua
akhirnya sepakat memutuskan untuk memilih Universitas Negeri Papua sebagai
tempat kuliah saya serta memilih untuk menekuni bidang ilmu dalam jurusan Kehutanan
di universitas tersebut. Masa-masa awal perkuliahan yang saya lalui di UNIPA
sepertinya mirip dengan apa yang dialami teman-teman saya yang berkuliah di
kampus lain, bahkan sepertinya OSPEK yang saya alami di Unipa tampaknya tidak
seberat apa yang dialami teman saya di kampus lain. Singkat cerita, Masa Ospek
selesai dan saya ditempatkan di semester, di mana saya bertemu teman-teman yang
serba unik dan menyenangkan. Seperti kebanyakan orang, adaptasi adalah proses
yang cukup menyulitkan dan akan menentukan citra diri seseorang selama dia
berada di dalam lingkungan tersebut, hal itu pun berlaku bagi saya. Saya adalah
seseorang yang berkarakter ‘agak’ pendiam, hal ini pun cukup menjadi penghalang
tersendiri bagi saya dalam bergaul dengan teman-teman sekelas. Setelah
menjalani perkuliahan selama satu minggu, saya mulai bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungan kelas saya dan mulai dekat dengan beberapa teman. Suatu hari
(kira-kira setelah dua minggu menjalani perkuliahan), tiba-tiba saya dipilih
oleh teman-teman sebagai ketua kelas (entah untuk berapa periode...?). Seperti
pada berbagai tempat di tanah air, hukum voting (pengambilan keputusan
berdasarkan suara terbanyak) pasti berlaku. Hal inilah yang membuat saya tidak
dapat menolak hasil keputusan teman-teman sekelas. Sesudah hari pemilihan
tersebut, dunia perkuliahan yang ada dalam benak saya selama itu tiba-tiba
berubah 180°. Ternyata, kuliah itu tidaklah sesantai yang saya bayangkan.
Banyak tugas-tugas yang harus dipenuhi, baik tugas-tugas yang berasal dari dosen,
maupun tugas-tugas yang berasal dari kewajiban saya sebagai ketua kelas.
Memang, sebenarnya tugas saya sebagai ketua kelas tidaklah begitu berat,
seperti mengkoordinasi kelas dalam berbagai hal atau mempublikasikan hal-hal
penting kepada teman-teman sekelas, namun di dalam setiap tugas-tugas tersebut
sesungguhnya dituntut tanggung jawab dan rasa peduli dari diri saya demi
kepentingan teman-teman sekelas. Dunia perkuliahan yang saya jalani selama
semester pertama ternyata cukup berat dan tidak sesuai dengan khayalan saya
selama ini. Meskipun demikian, terdapat berbagai hal dan peristiwa yang
berkesan bagi saya. Hal-hal yang berkesan tersebut cukup menghibur saya di
tengah-tengah kejenuhan yang sempat saya alami. Setelah melalui semester
pertama, saya baru menyadari bahwa ternyata segala kesulitan yang saya alami
selama ini cukup banyak memberikan manfaat bagi saya. Manfaat tersebut antara
lain :
a. Mengasah kemampuan saya dalam memimpin sekelompok orang.
b. Melatih saya sebagai seseorang yang peka dan peduli terhadap lingkungan sekitar.
c. Mengajarkan saya untuk tetap bersikap benar meskipun kenyataan yang saya alami tidak sesuai dengan harapan.
d. Membuat saya paham akan makna solidaritas yang sebenarnya (bukan solidaritas yang salah dan tidak bertanggung jawab).
a. Mengasah kemampuan saya dalam memimpin sekelompok orang.
b. Melatih saya sebagai seseorang yang peka dan peduli terhadap lingkungan sekitar.
c. Mengajarkan saya untuk tetap bersikap benar meskipun kenyataan yang saya alami tidak sesuai dengan harapan.
d. Membuat saya paham akan makna solidaritas yang sebenarnya (bukan solidaritas yang salah dan tidak bertanggung jawab).
Perkuliahan selama
semester pertama bagi saya tidaklah seberat perkuliahan di semester kedua yang
sedang saya alami saat ini (meskipun masa-masa sulitnya saat ini telah
berlalu). Semester kedua merupakan masa di mana sangat banyak tugas yang harus
dikumpulkan dalam waktu yang relatif cepat bagi saya. Tugas yang benar-benar
berkesan adalah pembuatan Laporan Akhir Praktikum Tugas yang satu ini sangat
berkesan bagi saya dan teman-teman di 1 Jurusan karena perjuangan yang telah kami
lalui bersama cukup berat, banyak pengorbanan yang telah diberikan demi
terwujudnya laporan tersebut. Proses pembuatan Laporan yang berat sesungguhnya
memberikan makna tersendiri bagi kelas kami. Makna tersebut adalah semakin
terasahnya kekompakkan kelas kami dalam menghadapi masa sulit bersama-sama. Di
masa tersebut juga terjalin rasa saling mempercayai satu sama lain yang
selanjutnya melahirkan solidaritas yang lebih tinggi lagi di antara sesama
teman sejurusan, khususnya antar teman-teman sekelas. Begitu banyak manfaat dan
makna di balik setiap masa sulit yang saya tempuh. Ketidaksesuaian antara
khayalan saya selama ini tentang dunia perkuliahan dengan kenyataan yang
terjadi dalam dunia perkuliahan sesungguhnya, sekarang dapat saya maknai
sebagai suatu kenyataan yang harus saya tempuh sekalipun berat dan menuntut
banyak pengorbanan. Saya merasakan kepuasan tersendiri setelah saya berhasil
menuntaskan tugas-tugas berat tersebut. Saya menyadari bahwa “Bersakit-sakit
dahulu, bersenang-senag kemudian”
Penulis Otis Mambrasar/TNC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar